Wednesday, December 11, 2013

Infrastruktur Air dan Kebakaran

Contoh hipotetis peta infrastruktur air

Belajar dari pengalaman di negara maju, dalam penanganan kebakaran bangunan perkotaan, dinas pemadam kebakaran memiliki peta jaringan infrastruktur air yang tersedia online di dalam database khusus mengenai data keadaan darurat. Contoh di atas adalah contoh hipotetis map dengan overlay jaringan air dan titik-titik akses ke infrastruktur air. Jika terjadi kebakaran bangunan di perkotaan, katakanlah berskala besar, air yang bisa disediakan oleh mobil unit pemadam kebakaran sangat terbatas jumlahnya, sekitar 300 liter.

Melalui support teknologi ICT dan map yang efisien, setiap kejadian kebakaran, para petugas pensupport yang duduk di balik meja dengan seperangkat layar komputer bisa melihat semua lokasi akses ke jaringan air dan memberikan lokasi titik akses terdekat secara elektronik kepada petugas di lapangan sehingga secara teori tak ada masalah soal kekurangan air.

Tuesday, December 10, 2013

Tweeter dan Pemadam Kebakaran



Tweeter semakin populer digunakan untuk situasi darurat dan membantu para responder menjalankan tugasnya. Aku belajar sesuatu yang baru tentang penggunaan media sosial Tweeter ini. Jika ada situasi darurat misalnya kebakaran, orang terbiasa menelpon nomor darurat, disini 110 yang akan menyambung ke Kantor Pemadam Kebakaran.

Kadang media massa sangat sensitif jika melihat mobil pemadam kebakaran berkeliaran di jalan, dan mereka tertarik menelpon kantor tersebut dan akibatnya menutup saluran komunikasi yang dimaksudkan untuk menangani informasi darurat. Kadang. mobil tersebut di jalan hanya untuk "latihan". Maka mereka menggunakan Tweeter untuk menginformasikan aktivitas mereka dan seluruh media berlangganan Tweeter kantor ini sehingga mereka bisa mengikuti apa yang terjadi dan tak perlu "memblokir" kelancaran komunikasi 110 ini.

Getting An Overview

Bagaimana cara efisien memperoleh informasi secara komprehensif? Control Room--sebuah ruang untuk menyimpan seluruh peralatan bantu monitoring disimpan. Gambar di bawah ini, adalah hanya contoh "gambaran" bagaimana di sebagian negara maju orang memonitor situasi darurat atau situasi sehari-hari dan melakukan pencatatan informasi di dalam ruang kontrol. Apa yang muncul dalam monitor, tergantung informasi apa yang menarik untuk di monitor di suatu unit tertentu. 

Berkesempatan melihat sendiri dan mencoba solusi elektronik digital untuk komunikasi darurat di sebuah kantor pemadam kebakaran yang bertanggung jawab lebih dari 28 wilayah setara kabupaten/kota, kantor tersebut menyusun monitor dari kiri ke kanan berdasarkan prioritas. Informasi di layar monitor kiri tak sepenting informasi di layar monitor kanan. 


Jika ada penelpon yang melaporkan kebakaran, maka informasi segera muncul di layar paling kanan dan seketika mengetahui posisi si penelpon berikut alamat dan nomor rumahnya. Dengan respons time yang dipastikan maksimal 5 menit (malam hari termasuk ketika sedang tidur) hingga 30 detik, jika mereka ada di kantor, dapat dipastikan mereka akan bisa segera menanggulangi kebakaran tersebut dalam waktu singkat. Tertarik belajar berpikir detil soal safety? Ini adalah contoh sederhana tingkat kedetilan berpikir tentang safety di negara maju. Ada dimana negeriku tercinta?


Monday, December 9, 2013

What is missing?

Dua slide ini diambil dari website PT KAI tentang safety issue. Hal-hal yang menjadi pusat perhatian terlihat fokus pada tiga hal: Teknologi, SDM dan Peraturan. Ada yangmungkin terlewat, yaitu budaya safety di dalam organisasi. Dan khusus di Indonesia, perlu ditambahkan pula soal budaya "safety" masyarakat dalam proses evacuasi dan management bencana.  Kasus tabrakan kereta api di Pondok Bentung Bintaro 9 Desember 2013 adalah contoh nyata bagaimana proses evakuasi terhambat akibat kerumunan orang yang ingin melihat dari dekat bahkan mengambil foto kecelakaan, yang jelas menunjukkan tak adanya sama sekali pemahaman tentang Budaya Safety dan bagaimana masyarakat sebagai pihak ketiga harus berperilaku dalam keadaan darurat.





Slide kedua ini yang menarik adalah soal mengubah budaya safety organisasi yang mengingatkan aku pada buku terkenal James Reason mengenai Managing Risks of Organizational Accidents. Point yang menarik adalah soal keinginan mengubah organisasi dari"the blaming culture" to"just culture". Let's we see. Inti budaya ini menurut Reason adalah mendorong pegawai untuk berterus terang jika seseorang melakukan kesalahan yang menyebabkan kecelakaan kerja. Lazim diketahui bahwa orang enggan melaporkan kesalahannya karena adanya "blaming culture" di organisasi. Siapkah tak menyalahkan pegawai ketika ia berterus terang tentang kesalahannya? Entah jika hal ini ditafsirkan lain lagi.


Satu lagi yang tidak terlihat disini adalah perlengkapan darurat apa yang disediakan di dalam kereta api dan adakah terpikir untuk mengembangkan upaya mendidik penumpang kereta api untuk mengenali hal hal yang harus dilakukan jika terjadi keadaan darurat.

Evakuasi Kecelakaan Kereta Api/ Evauation from Train Accident

Kita dikejutkan oleh berita tabrakan truk tanki minyak milik Pertamina dengan KRLTanah Abang di Pondok Bentung Bintaro. Sebagai peneliti yang bergulat dengan persoalan emergency management, budaya safety dan evacuasi, peristiwa ini menggelitikku dan melahirkan berbagai pertanyaan:

1. Good response, inappropriate people culture
2. Pemahaman pengguna kereta api tentang cara menyelematkan diri dari keadaan darurat
3. Standar Prosedur Keadaan Darurat di Kereta Api


 1. Good response, inappropriate culture
Penanganan keadaa darurat umumnya adalah lintas organisasi dan dalam kasus ini terlihat bahwa pihak kepolisian, TNI, Palang Merah Indonesia dan Dinas Sosial, disamping pemadan kebakaran, sudah berusaha merespon kejadian dengan baik. Yang justru aneh adalah perilaku warga sekitar yang bukannya membantu, melainkan malah menonton dan menghambar proses evakuasi ataupun upaya pemadaman kobaran api. Ingin merubung, melihat korban, mengambil gambar dan for (mungkin untuk sharing di social media) adalah contoh yang nyata, dan tentu saja menganggu. Sebuah surat kabar melaporkan bahwa reponse team bahkan kesulitan mengevakuasi korban, dan kerumunan membuat mereka makin sulit bekerja. Dari kacamata budaya safety, perilaku masyarakat dalam menghadapi kecelakaan belum sampai pada pemahaan soal-soal penanganan yang cepat dan tepat. Karena safety masih terbatas hanya perbincangan di kalangan mereka yang bekerja di pabrik, bangunan tinggi atau sektor sektor lain yang rawan ledakan, masyarakat luas tak paham bagaimana harus bersikap dalam keadaan darurat seperti ini. Mengambil gambar, menghambat proses evakuasi dan penyelamatan adalah tindakan illegal di banyak negara maju. Jika tidak bisa membantu, setidaknya tidak menghambat, demikian sifat paling minimal yang hendaknya dilakukan. Kejadian ini cermin kurangnya budaya safety di masyarakat.

2. Pemahaman pengguna kereta api tentang cara menyelematkan diri dari keadaan darurat 
Bagaimana seseorang menyelamatkan diri di setiap moda transport masih belum merata. Prosedur menyelamatkan diri dari pesawat mungkin adalah yang paling mapan dan paling lazim dikenal orang, karena selalu didemonstrasikan sebelum pesawat lepas landas. Tetapi mereka yang kommuter sehari-hari menggunakan keretaapi lokal ataupun antar kota, jarang diajarkan untuk memahami safety karena memang kasus kecelakaan dan evakuasi dari kereta api relatif jarang jika tidak ada tabrakan.

3. Standar Prosedur Keadaan Darurat di Kereta Api 

Satu-satunya standard pernyataan resmi tentang keselamatan di kereta api yang dikemukakan oleh Sekjen Perkeretaapian adalah alat evakuasi, yaitu alat pemecah kaca dan rem darurat. Penumpang yang melihat adanya kemungkinan kecelakaan bisa mengoperasikan rem darurat tersebut. Salah satu tindakannya adalah mengecek SOP di perkeretaapian dan investigasi penyebab kecelakaan. Ya. Tentu saja masih banyak yang kurang jika kita melihat bahwa alat darurat di kereta hanya menyangkut dua hal tersebut. Di negara maju, mungkin alat pemadam kebakaran juga gergaji dan bahkan glow stick (tongkat yang menyala di dalam gelap) menjadi bagian dari kelengkapan safety di kereta. Persoalannya, jikapun alatnya selengkap itu, pertanyaannya kembali ke butir nomor dua, adakah penumpang paham cara penggunaannya sehingga mereka bisa menyelamatkan diri sendiri?

Dari segi desain kereta yang ada sekarang ini: perhatikan ukuran jendelanya dan desain kacanya: Jika orang harus "escape" dari kereta, cukupkan kira kira ukuran kaca jendela yang seperti ini dipakai meloloskan diri? Apakah jendelanya mudah dijangkau atau terlalu tinggi? Di banyak negara maju, desaigh safety kereta termasuk ukuran jendela yang besar-besar yang memang jika ada kecelakaan, jendela tersebut mudah dipecahkan kacanya dan dijadikan alternative exit, jika pintu biasa tak bisa digunakan